I. PENDAHULUAN
Monosakarida (gula sederhana) tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat lebih kecil lagi. Monosakarida yang mengandung gugus aldehida dirujuk sebagai aldo(aldehida plus-osa). Monosakarida dapat membentuk ikatan dimer, trimer dan sebagainya. Dimer disebut jugadisakarida. Disakarida tersusun 2 satuan monosakarida. Contohnya : Maltosa 1,4’-α-2-D-glukopinose, selobiosa 1,4’-β-2-D-glukopinose dan laktosa : 1,4’-α-D-glukopinose dan β-D-fruktoforanase dihubungkan 1 ikatan 1,2’. Jika tersusun dari 2 sampai 8 monosakarida dirujuk oligosakarida. Jika lebih dari 8 monosakarida diperoleh dari proses hidrolisis maka disebut polisakarida, senyawa dimana molekul-molekulnya mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida contonya: selulosa 1,4’-α –D-glukopinose, amilosa(pati) 1,4’-β-D-glukopinose dan amilopektin(ketin) 1,4’-α-2-D-glukopinose dengan percabangan 1,6’-α.
(RALPH dan JOAN,1992)
Saat ini terminasi karbohidrat yagn dipakai adalah senyawa polihidroksi aldehida atau keton dan biasa dikenal dengan nama gula. Karbohidrat dibagi menjadi 2 jenis : karbohidrat sederhana(monosakarida) dan karbohidrat kompleks(disakarida dan polisakarida).
Monosakarida mengandung gugus keton atau aldosa. Awalan aldo- dan keto- menunjukan jenis gugus aldehida atau keton di dalam suatu sakarida, sedangkan akhiran –osa menunjukkan karbohidrat. Jumlah atom karbon dalam suatu karbohidrat ditunjukkan dengan menggunakan tri, titra, penta, heksa, heksa dan seterusnya. Berdasarkan jumlah atom karbon asimetri pembentuknya. Monosakarida dapat dioksidasi dengan pereaksi Tollens, Br2/H2O , HNO3 dan HIO4. Disakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida seperti maltosa dapat mereduksi Fehling atau Tollens sehingga disebut gula pereduksi.
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan monomer monosakarida di alam. Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman sedangkan katun yang berasal dari kapas merupakan selulosa meurni dengan rumus molekul (C5H10O5)n. Pati terdapat pada beras, singkong, gandum, jagung, kentang dan sebagainya. Terdiri dari 20% amilum dan 80% amilopektin. Glokogen mirip amilopektin tetapi lebih sedikit percabangannya. Sangat penting perannya bagi manusa dan binatang, yaitu sebagai cadangan energi bagi tubuhnya dan banyak disimpan pada hati dan jaringan otot yang jarang digunakan untuk bergerak atau beraktifitas.
(RISWIYANTO,2009).
Senyawa mono dan disakarida memiliki rasa manis, oleh karena itulah kedua jenis karbohidrat ini disebut gula. Sedangkan polisakarida tidak berasa manis karena molekulnya sedemikian besar hingga tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tastebud yang terdapat pada permukaan lidah. Berbagai cara untuk menguji senyawa karbohidrat secara kualitatif , yaitu:
Analisis kualitatif karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa metabolit primer selain protein dan lipid. Karbohidrat mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah sebagai sumber tenaga dan penghasil panas tubuh. Adanya karbohidrat dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam metode. Inilah teori beberapa metode analisis kualitatif karbohidrat.
1. Uji Molisch
Uji Molisch merupakan uji yang paling umum untuk karbohidrat. Uji Molisch sangat efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural yang terubstitusi, seperti hidroksimetilfurfural.
Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derivatnya dengan alfa-naftol menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah-ungu.
Thymol dapat dipakai sebagai pengganti alfa-naftol. Ia juga lebih stabil daripada alfa-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak berubah warna.
2. Uji Benedict
Uji Benedict dan uji Barfoed keduanya berdasarkan resuksi Cu2+ menjadi Cu+. Pada proses reduksi kupri dalam suasana alkalis biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat pada larutan Benedict atau tartrat pada larutan Fehling, hal ini dilakukan untuk mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium karbonat pada Benedict, sedangkan pada Fehling untuk mencegah pengendapan Cu(OH)2 atau CuO dalam larutan natirum hidroksida. Produk oksidasi karbohidrat dalam larutan alkalis sangat kompleks dan banyak jumlahnya, belum semuanya dapat diidentifikasi yaitu berwarna hijau, merah, oranye, dan pembentukan endapan merah bata. Tidak seperti maltosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.
Uji Benedict dan uji Barfoed keduanya berdasarkan resuksi Cu2+ menjadi Cu+. Pada proses reduksi kupri dalam suasana alkalis biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat pada larutan Benedict atau tartrat pada larutan Fehling, hal ini dilakukan untuk mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium karbonat pada Benedict, sedangkan pada Fehling untuk mencegah pengendapan Cu(OH)2 atau CuO dalam larutan natirum hidroksida. Produk oksidasi karbohidrat dalam larutan alkalis sangat kompleks dan banyak jumlahnya, belum semuanya dapat diidentifikasi yaitu berwarna hijau, merah, oranye, dan pembentukan endapan merah bata. Tidak seperti maltosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.
3. Uji Barfoed
Merupakan uji untuk membedakan karbohidrat golongan monosakarida dan disakarida . Prinsipnya adalah reduksi Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi barfoed oleh gugus pereduksi pada monosakarida, dalam suasana asam. Reaksi positif ditunjukan dengan munculnya endapan merah orange.Komposisi pereaksi barfoed adalah : 48 g tembaga asetat, 50 ml asam laktat 85% air ad 1000 ml.
Dengan menggunakan reagen Barfoed yang mengandung koper asetat di dalam asam asetat, maka kita dapat juga membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol kondisi-kondisi seperti pH dan waktu pemanasan.
4. Uji Seliwanoff
Reaksi spesifik lainnya untuk uji karbohidrat tertentu adalah uji Seliwanoff dan uji Foulger. Reaksi Seliwanoff disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetilfurfural. Selanjutnya kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol menghasilkan senyawa kompleks berikut yang berwrna merah:
Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa, memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Pada pendidihan lebih lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan reagen Seliwanoff, karena aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi ketosa.
5. Uji Fenilhidrazin
Karbohidrat (kecuali manosa) yang memiliki gugus fungsional aldehid atau keton, membentuk osazon dengan fenilhidrazin. Glukosa dan fruktosa memberikan osazon yang sama karena monosakarida-monosakarida tersebut tidak mempunyai letak susunan gugus -H dan -OH yang sama pada atom akrbon 3, 4, 5, dan 6. Manosa tidak membentui osazon di dalam larutan air, tetapi mebentuk fenilhidrazin yang tidak larut.
Karbohidrat (kecuali manosa) yang memiliki gugus fungsional aldehid atau keton, membentuk osazon dengan fenilhidrazin. Glukosa dan fruktosa memberikan osazon yang sama karena monosakarida-monosakarida tersebut tidak mempunyai letak susunan gugus -H dan -OH yang sama pada atom akrbon 3, 4, 5, dan 6. Manosa tidak membentui osazon di dalam larutan air, tetapi mebentuk fenilhidrazin yang tidak larut.
6. Uji Iodin
Uji iodin dapat digunakan untuk membedakan amilum dan glikogen. Iodin dapat bereaksi dengan amilum membentuk kompleks berwarna biru atau ungu. Uji iodin digunakan juga untuk medeteksi adanya pati ( suatu polisakarida ). Pada percobaan masing – masing larutan sampel ditambahkan dengan 2 tetes iodin, Iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Uji Iodin dalam percobaan dilakukan dengan 3 kondisi yaitu kondisi, netral,asam dan basa,yaitu pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes air pada tabung I ( netral ), 2 tetes HCl pada tabung II ( asam ) dan 2 tetes NaOH pada tabung III ( basa ). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan, setelah dipanaskan pada tabung I dengan kondisi netraldiperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl) terjadi perubahan warna dari keruh menjadi bening.
Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam klorida . Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
- Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis.
- Karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu : monosakarida, oligosakarida/disakarida, dan polisakarida.
- Uji Molisch : uji untuk membuktikan adanya karbohidrat dengan memberikan warna ungu pada larutan.
- Uji Benedict : uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi, dengan memberikan warna merah bata pada karbohidrat.
- Uji Barfoed : uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida.
- Uji Seliwanoff : prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah.
- Uji Hidrolisis Pati : untuk mengetahui kelarutan amilum, dengan mereaksikan pati dan iodium yang akan membentuk ikatan kompleks berwarna biru.
Uji iodin dapat digunakan untuk membedakan amilum dan glikogen. Iodin dapat bereaksi dengan amilum membentuk kompleks berwarna biru atau ungu. Uji iodin digunakan juga untuk medeteksi adanya pati ( suatu polisakarida ). Pada percobaan masing – masing larutan sampel ditambahkan dengan 2 tetes iodin, Iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Uji Iodin dalam percobaan dilakukan dengan 3 kondisi yaitu kondisi, netral,asam dan basa,yaitu pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes air pada tabung I ( netral ), 2 tetes HCl pada tabung II ( asam ) dan 2 tetes NaOH pada tabung III ( basa ). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan, setelah dipanaskan pada tabung I dengan kondisi netraldiperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl) terjadi perubahan warna dari keruh menjadi bening.
Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam klorida . Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
KESIMPULAN :
- Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik (CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis.
- Karbohidrat dibagi dalam tiga golongan yaitu : monosakarida, oligosakarida/disakarida, dan polisakarida.
- Uji Molisch : uji untuk membuktikan adanya karbohidrat dengan memberikan warna ungu pada larutan.
- Uji Benedict : uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi, dengan memberikan warna merah bata pada karbohidrat.
- Uji Barfoed : uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida.
- Uji Seliwanoff : prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah.
- Uji Hidrolisis Pati : untuk mengetahui kelarutan amilum, dengan mereaksikan pati dan iodium yang akan membentuk ikatan kompleks berwarna biru.